Menyoroti Perayaan Valentine’s Day
Kamis, 09 Desember 2010
, Posted by Unknown at 12/09/2010 06:39:00 PM
Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih
sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita
akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh
orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagipara
pemuja nafsu.
Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka disana ada suatu kisah
yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinantinantikan
itu. Tentunya para pembaca sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari
itu tak lain dan tak bukan adalah "Valentine Days" (Hari Kasih Sayang?).
* Definisi Valentine Days
Para Pembaca yang budiman, mari kita sejenak menelusuri definisi Valentine Days dari
referensi mereka sendiri! Kalau kita membuka beberapa ensiklopedia, maka kita akan
menemukan definisi Valentine di tiga tempat :
* Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, "Tanggal 14 Februari
adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pahlawan
kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M".
* Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, "Yaitu sebuah hari
dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisional saling mengirimkan
pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu hari dimana Santo Valentine mengalami martir
(seorang yang mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)".
* Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), "Valentine yang disebutkan itu adalah
seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama".
* Sejarah Singkat Valentine Days
Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM, telah ada perayaan hari kasih sayang. Namun
perayaan tersebut tidak dinamakan hari Valentine. Perayaan itu tidak memiliki hubungan
sama sekali dangan hari Valentine, akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama
Lupercus. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk
mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis
mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu
mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya
untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang
bernama Valentine. Semasa hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai
tabib (dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu
membangkitkan semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut, nampaknya mampu
membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan yang mereka rasakan, karena
kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani dan mengejar
pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang
dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda
lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik daripada tentara yang telah menikah.
Valentine sebagai pendeta, sedih melihat pemuda yang mabuk asmara. Akhirnya dengan
penuh keberanian, ia melanggar perintah sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan
sepasang anak muda. Pendeta Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh
cinta dan ingin membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di
tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar mengetahui kegiatan yang
dilakukan oleh pendeta tersebut, dan kaisar sangat tersinggung hingga sang Pendeta
diberi hukuman penggal oleh Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak kematian
Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma
yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan
cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !!
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam
peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti
Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu
Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap
15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus
mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal
matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo
Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan
"Valentine Days"
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual
bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya
dengan hiburan atau pesta-pesta.
* Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days
Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama muslim, namun
semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala- . Betapa banyak kita
dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil
(bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau
peduli dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang
(Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :
* Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orangorang
kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam
merayakan hari itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tak ada bedanya
antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj
(metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki
mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti
mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah
ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang
paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki
mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak.
Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada
kekufuran secara global".[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)].
Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orangorang
kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut". [HR. Abu
Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu
Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman
(1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam
Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)].
Seorang Ulama Mesir, Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan
kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya,
"Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang
khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi,
dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap
baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini
dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian
mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat
,ereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu
di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka
bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir
rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan
oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya
merupakan bukti kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah
hadits shohih, "Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum
kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki
lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka". Kami (para sahabat) bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani". Beliau
menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka". [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu Sa’id
Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]".[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)]
Namun disayangkan, sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan
perayaan Valentine Days. Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat,
bunga hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan
seperti ini tak boleh dirayakan. Kita cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu,
terlarang !!.
* Pengantar Menuju Maksiat dan Zina
Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling
besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen seperti ini (ValentineDays)
digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara
memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai
kepada jenjang perzinaan.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti,
pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya),
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ آَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra’ : 32)
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُآُمْ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ
"Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama
mahram". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan Muslim dalam Shohih-nya
(1241)] .
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِآُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً لَاتَحِلُّ لَهُ
"Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari
besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya". [HR.
Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-
Shahihah (226)]
* Menciptakan Hari Rari Raya
Merayakan Velentine Days berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal
seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan
perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di
dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim
dalam Shahih -nya (1718)]
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami,
maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]
Allah -Ta’ala- telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur, dan
disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh
Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali
telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam
firman-Nya,
"Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". (QS.Al-
Maidah :3 ).
Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan
Idul Adha. Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya
yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda
kepada para sahabat Anshor,
يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ :قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا
“Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di
dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang
lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul
fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179),
Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .
Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits
ini, "Jadi, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka -dalam bentuk
pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi mereka sebelum
datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua hari raya yang sya’i, yaitu hari
raya Idul Fithri, dan hari raya Idul Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka
keutamaan dua hari raya ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu ".[Lihat
As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman,
1425 H]
Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini sudah menjadi hari yang
dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama kawula muda. Parahnya lagi,
perayaan Valentine Days ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu
Santo Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab seorang muslim
mencintai orang kafir.
sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita
akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh
orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagipara
pemuja nafsu.
Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka disana ada suatu kisah
yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinantinantikan
itu. Tentunya para pembaca sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari
itu tak lain dan tak bukan adalah "Valentine Days" (Hari Kasih Sayang?).
* Definisi Valentine Days
Para Pembaca yang budiman, mari kita sejenak menelusuri definisi Valentine Days dari
referensi mereka sendiri! Kalau kita membuka beberapa ensiklopedia, maka kita akan
menemukan definisi Valentine di tiga tempat :
* Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, "Tanggal 14 Februari
adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pahlawan
kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M".
* Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, "Yaitu sebuah hari
dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisional saling mengirimkan
pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu hari dimana Santo Valentine mengalami martir
(seorang yang mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)".
* Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), "Valentine yang disebutkan itu adalah
seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama".
* Sejarah Singkat Valentine Days
Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM, telah ada perayaan hari kasih sayang. Namun
perayaan tersebut tidak dinamakan hari Valentine. Perayaan itu tidak memiliki hubungan
sama sekali dangan hari Valentine, akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama
Lupercus. Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk
mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para gadis
mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun, sesudah itu
mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya
untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang
bernama Valentine. Semasa hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai
tabib (dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu
membangkitkan semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut, nampaknya mampu
membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan yang mereka rasakan, karena
kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani dan mengejar
pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang
dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena pemuda
lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik daripada tentara yang telah menikah.
Valentine sebagai pendeta, sedih melihat pemuda yang mabuk asmara. Akhirnya dengan
penuh keberanian, ia melanggar perintah sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan
sepasang anak muda. Pendeta Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh
cinta dan ingin membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di
tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar mengetahui kegiatan yang
dilakukan oleh pendeta tersebut, dan kaisar sangat tersinggung hingga sang Pendeta
diberi hukuman penggal oleh Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak kematian
Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma
yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan
cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !!
Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam
peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti
Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu
Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap
15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus
mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal
matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo
Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan
"Valentine Days"
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual
bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya
dengan hiburan atau pesta-pesta.
* Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days
Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama muslim, namun
semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala- . Betapa banyak kita
dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil
(bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau
peduli dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang
(Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :
* Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orangorang
kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam
merayakan hari itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tak ada bedanya
antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj
(metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki
mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti
mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah
ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang
paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki
mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak.
Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada
kekufuran secara global".[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)].
Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orangorang
kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut". [HR. Abu
Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu
Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman
(1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam
Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)].
Seorang Ulama Mesir, Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan
kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya,
"Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang
khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi,
dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap
baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini
dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian
mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat
,ereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu
di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka
bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir
rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan
oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya
merupakan bukti kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah
hadits shohih, "Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum
kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki
lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka". Kami (para sahabat) bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani". Beliau
menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka". [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu Sa’id
Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]".[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)]
Namun disayangkan, sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan
perayaan Valentine Days. Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat,
bunga hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan
seperti ini tak boleh dirayakan. Kita cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu,
terlarang !!.
* Pengantar Menuju Maksiat dan Zina
Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling
besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen seperti ini (ValentineDays)
digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara
memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai
kepada jenjang perzinaan.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti,
pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya),
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ آَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra’ : 32)
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُآُمْ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ
"Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama
mahram". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan Muslim dalam Shohih-nya
(1241)] .
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِآُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً لَاتَحِلُّ لَهُ
"Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari
besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya". [HR.
Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-
Shahihah (226)]
* Menciptakan Hari Rari Raya
Merayakan Velentine Days berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal
seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan
perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di
dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim
dalam Shahih -nya (1718)]
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami,
maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]
Allah -Ta’ala- telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur, dan
disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh
Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali
telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam
firman-Nya,
"Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". (QS.Al-
Maidah :3 ).
Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan
Idul Adha. Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya
yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda
kepada para sahabat Anshor,
يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ :قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا
“Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di
dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang
lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul
fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179),
Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .
Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits
ini, "Jadi, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka -dalam bentuk
pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi mereka sebelum
datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua hari raya yang sya’i, yaitu hari
raya Idul Fithri, dan hari raya Idul Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka
keutamaan dua hari raya ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu ".[Lihat
As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman,
1425 H]
Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini sudah menjadi hari yang
dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama kawula muda. Parahnya lagi,
perayaan Valentine Days ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu
Santo Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab seorang muslim
mencintai orang kafir.
Currently have 0 comments: