Tampilkan postingan dengan label learning. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label learning. Tampilkan semua postingan

Rahasia Sukses dari Aretha Aprilia

Posted by Unknown on Kamis, 18 Maret 2010 , under | comments (1)




Berikut ini informasi lowongan kerja dari seluruh dunia dan cuplikan mengenai negosiasi yang menguntungkan yang disarikan dari buku 'Rahasia Sukses Berkarier Internasional'.

Salam,

Aretha Aprilia
Penulis buku 'Rahasia Sukses Berkarier Internasional'
----------------------------------------------------------

Ada sebuah kisah mengenai seseorang yang diwawancara untuk sebuah posisi di sebuah perusahaan internasional. Dia ditanya oleh tiga orang interviewer tentang gajinya saat ini dan gaji yang diharapkan bila mendapatkan posisi ini. Orang tersebut menjawab pertanyaannya dengan jujur dan mengindikasikan gaji yang diperoleh di kantor sebelumnya. Kemudian untuk pertanyaan mengenai gaji yang diharapkan, dia jawab dengan menyatakan 'fleksibilitas' dan tergantung dengan standar gaji yang ditetapkan oleh kantor tersebut.

Kebetulan salah seorang pewawancaranya adalah orang Indonesia, dan dia tertawa sambil berkata bahwa itu jawaban tipikal orang Indonesia, sebab orang Indonesia kalau ditanya mengenai gaji yang diharapkan, jawaban klasiknya adalah: “Terserah Anda”.

Banyak di antara kita yang tidak berani melakukan negosiasi gaji karena rasa malu dan budaya kita yang menganggap hal tersebut ‘tabu’ atau tidak pantas dilakukan. Diam – diam dalam hati kita berharap, “kalau saya bekerja keras, saya yakin atasan saya akan memberi saya kenaikan gaji”.

Menurut Hannah Selligson dalam bukunya “New Girl on the Job: Advice from the Trenches”, hal tersebut hampir tidak pernah terjadi karena semua orang di dunia kerja, termasuk atasan kita, hanya berpikir tentang diri mereka sendiri.

Ini juga yang disebut sebagai “tiara syndrome” oleh Carol Frohlinger dan Deborah Kolb, pendiri Negotiating Women, Inc, yaitu bilamana kita menundukkan kepala dan sibuk melakukan pekerjaan kita sambil mengharapkan seseorang sadar betapa kerasnya kita bekerja dan serta merta meletakkan mahkota / tiara di atas kepala kita.

Di dunia kerja, disarankan supaya kita selalu membuka mata, telinga dan bertanya ke sekeliling kita mengenai standar gaji untuk posisi tertentu di suatu organisasi. Tapi jangan sampai memaksa dengan menanyakan nominal gaji yang diperoleh rekan kita. Jangan pula memaksa mereka untuk menjawab jika mereka menunjukkan rasa tidak nyaman atau kurang
berkenan.

Ada sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang rekan saya, sebut saja Dina. Setelah ia lulus program S-2 dari sebuah universitas di luar negeri, dia diwawancara untuk sebuah posisi konsultan di sebuah lembaga internasional. Karena posisi tersebut adalah konsultan short-term, tidak ada kisaran gaji tertulis yang menunjukkan standar gaji semestinya. Sebelum dia
melamar untuk posisi konsultan, dia sudah sempat bekerja selama beberapa bulan untuk posisi yang sama pada proyek dan divisi lain.

Pada awalnya ia diberi tawaran remunerasi yang jumlahnya tidak sebanyak untuk posisi sebelumnya. Setelah melakukan negosiasi awal, calon atasannya setuju dengan kenaikan 30% dari tawaran pertama, tetapi jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan pekerjaan sebelumnya. Untungnya Amy sudah pernah bekerja di lembaga tersebut, dan dia menelepon mantan kolega seniornya yang bekerja di situ serta dia percaya sebagai mentor. Telepon SLI (sambungan langsung internasional) yang dia lakukan sungguh bermanfaat karena dia
disarankan untuk mendapatkan paling tidak 45% dari tawaran pertama sesuai dengan
standar gaji yang ada.

Pada awalnya si calon atasan tidak mau menerima counter-offer itu dan karena tidak ada pilihan lain, Dina terpaksa menerima tawaran tersebut karena memang pada saat itu tidak ada tawaran lainnya dan sedang butuh pekerjaan. Tanpa dikira, calon atasan tersebut mengirimkan e-mail kepadanya, mengatakan bahwa HRD tidak menyetujui jumlah gaji yang ditentukan, dan pada akhirnya menerima counter-offer dengan kenaikan 45% dari tawaran
pertama.

Belakangan Dina baru tahu bahwa mentornya ternyata sudah berbicara langsung dengan HRD dan menuntut agar Dina diberi gaji sesuai dengan standar yang ada, yang akhirnya disetujui.

Pengalaman di atas menunjukkan bahwa selain kemampuan negosiasi, hubungan baik dengan mantan kolega juga dapat membantu kita dalam mendapatkan tawaran remunerasi yang lebih tinggi. Jika Anda seorang fresh graduate, Anda juga harus dapat bernegosiasi dengan calon employer karena gaji awal Anda akan menjadi tolok ukur untuk gaji Anda di kemudian hari.

Semakin tinggi remunerasi pada tahap awal karir Anda, akan semakin tinggi remunerasi yang Anda dapatkan di masa mendatang.

Temukan berbagai contoh korespondensi mengenai negosiasi gaji dan fasilitas/benefits di buku 'Rahasia Sukses Berkarier Internasional' terbitan Gramedia. Telah tersedia di toko buku Gramedia di kota Anda.

Kunjungi situs: www.ArethaAprilia.com untuk informasi lebih lanjut.

Dan jangan lupa kunjungi:



Cerita Tentang Katak Kecil

Posted by Unknown on Selasa, 16 Maret 2010 , under | comments (0)





Pelajaran Hidup,

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil,...

… yang menggelar lomba lari
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang
sangat tinggi.

Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk
menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada
para peserta...

Perlombaan dimulai...

Secara jujur:
Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil
akan bisa mencapai puncak menara.
Terdengar suara:
"Oh, jalannya terlalu sulitttt!!
Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak."
atau:
"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu
tinggi...!!

Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu...
... Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara
perlahan- lahan semakin tinggi...dan semakin tinggi..

Penonton terus bersorak
"Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!"

Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah...
...Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi
dan tinggi...
Dia tak akan menyerah!

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara.
Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras
menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak
ini bisa melakukannya?

Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil
menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?

Ternyata...
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Kata bijak dari cerita ini adalah:

Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai
kecenderungan negatif ataupun pesimis...
…karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan
menjauhkannya darimu.
Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada.
Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa
mempengaruhi perilakumu!
Karena itu:
Tetaplah selalu....
POSITIVE!

Dan yang terpenting:

Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa
KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!
Selalu berpikirlah:
I can do this!

PAUD Cahaya

Posted by Unknown on Senin, 04 Januari 2010 , under | comments (1)



PAUD Cahaya yang didirikan secara swadaya oleh pasangan suami istri, Djoko
Hadiutomo Taryoto dan Sri Purwanti tersebut sudah berusia 2 tahun hingga
saat ini.

Dengan dibantu tiga orang tutor (guru), mereka memulainya dengan
fasilitas yang sangat sederhana. Garasi mobil di rumah merekapun disulap
menjadi ruang kelas. Tanah kosong yang terletak di depan rumah diubah
menjadi taman bermain. Meja belajarnya pun dibuat dengan peralatan
alakadarnya, tapi masih dalam kategori layak.

Tujuan Bapak Djoko dan Ibu Pur ini sangat mulia. Mereka tidak mengharapkan
sesuatu imbalan apapun. Hanya satu yang mereka inginkan, Pendidikan yang
layak bagi anak-anak usia dini di lingkungan tempat tinggalnya yang memang
masih banyak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Memanusiakan manusia,
mungkin lebih tepatnya. Karena sebelum PAUD Cahaya berdiri, banyak anak-anak
yang kegiatan sehari-harinya berkeliaran di sekitaran kampung tersebut untuk
bermain. Tanpa perhatian dari orang tua masing-masing pula.

Pencapaian usaha pasangan suami istri yang dikaruniai tiga orang anak ini
terbilang baik. Dalam jangka waktu 2 tahun, sudah banyak perubahan yang
dihasilkan, terutama sikap anak-anak didikan PAUD Cahaya. Anak-anak yang
pada awalnya malas mandi, malas belajar, menjadi sosok anak yang rajin. Dan
ternyata dengan diasah dan diberi gemblengan untuk terus belajar sambil
bermain ini tidak sia-sia. Bagaimana tidak? saya melihat sendiri jajaran
piala kejuaran di etalase sederhana di dalam sebuah garasi yang disulap
menjadi ruang kelas tersebut.

Penyumbat Saluran Rezeki

Posted by Unknown on Jumat, 16 Januari 2009 , under | comments (0)



Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.
Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?
Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.
Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.
Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.
Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.
( KH Abdullah Gymnastiar )

Related Posts with Thumbnails