Rahasia Sukses dari Aretha Aprilia
Cerita Tentang Katak Kecil
Pelajaran Hidup,
Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil,...
… yang menggelar lomba lari
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang
sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk
menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada
para peserta...
Perlombaan dimulai...
Secara jujur:
Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil
akan bisa mencapai puncak menara.
Terdengar suara:
"Oh, jalannya terlalu sulitttt!!
Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak."
atau:
"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu
tinggi...!!
Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu...
... Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara
perlahan- lahan semakin tinggi...dan semakin tinggi..
Penonton terus bersorak
"Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!"
Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah...
...Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi
dan tinggi...
Dia tak akan menyerah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara.
Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras
menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak
ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil
menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?
Ternyata...
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!
Kata bijak dari cerita ini adalah:
Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai
kecenderungan negatif ataupun pesimis...
…karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan
menjauhkannya darimu.
Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada.
Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa
mempengaruhi perilakumu!
Karena itu:
Tetaplah selalu....
POSITIVE!
Dan yang terpenting:
Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa
KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!
Selalu berpikirlah:
I can do this!
PAUD Cahaya
PAUD Cahaya yang didirikan secara swadaya oleh pasangan suami istri, Djoko
Hadiutomo Taryoto dan Sri Purwanti tersebut sudah berusia 2 tahun hingga
saat ini.
Dengan dibantu tiga orang tutor (guru), mereka memulainya dengan
fasilitas yang sangat sederhana. Garasi mobil di rumah merekapun disulap
menjadi ruang kelas. Tanah kosong yang terletak di depan rumah diubah
menjadi taman bermain. Meja belajarnya pun dibuat dengan peralatan
alakadarnya, tapi masih dalam kategori layak.
Tujuan Bapak Djoko dan Ibu Pur ini sangat mulia. Mereka tidak mengharapkan
sesuatu imbalan apapun. Hanya satu yang mereka inginkan, Pendidikan yang
layak bagi anak-anak usia dini di lingkungan tempat tinggalnya yang memang
masih banyak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Memanusiakan manusia,
mungkin lebih tepatnya. Karena sebelum PAUD Cahaya berdiri, banyak anak-anak
yang kegiatan sehari-harinya berkeliaran di sekitaran kampung tersebut untuk
bermain. Tanpa perhatian dari orang tua masing-masing pula.
Pencapaian usaha pasangan suami istri yang dikaruniai tiga orang anak ini
terbilang baik. Dalam jangka waktu 2 tahun, sudah banyak perubahan yang
dihasilkan, terutama sikap anak-anak didikan PAUD Cahaya. Anak-anak yang
pada awalnya malas mandi, malas belajar, menjadi sosok anak yang rajin. Dan
ternyata dengan diasah dan diberi gemblengan untuk terus belajar sambil
bermain ini tidak sia-sia. Bagaimana tidak? saya melihat sendiri jajaran
piala kejuaran di etalase sederhana di dalam sebuah garasi yang disulap
menjadi ruang kelas tersebut.
Penyumbat Saluran Rezeki
Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.
Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?
Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.
Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.
Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.
Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.
( KH Abdullah Gymnastiar )